8 December 2015

Dari Pertanyaan Ke Permasalahan

Pada tulisan sebelumnya, telah dijelaskan bagaimana mencari ketertarikan terhadap suatu topik. Tahap-tahap tersebut tidak hanya menjelaskan pengembangan dari penelitian kita, tapi menumbuhkan kita sebagai seorang peneliti. Ada satu tahap terakhir yang paling sulit, bahkan untuk para peneliti yang berpengalaman. Kita harus mampu meyakinkan para pembaca bahwa jawaban pertanyaan yang kita ajukan tidak hanya penting untuk kita, melainkan juga penting untuk mereka. Kita harus mampu mengubah motif kita dari menemukan menjadi menunjukkan; dari mengerti menjadi menjelaskan dan meyakinkan. Apa yang membedakan kita sebagai peneliti tingkat tinggi adalah kemampuan untuk mengembangkan pertanyaan menjadi suatu permasalahan yang jawabannya penting bagi komunitas riset kita.
Kebanyakan riset akhir-akhir ini tidak dimulai dari mencari topik, tetapi dari menghadapi masalah yang ada yang jika tidak diselesaikan akan menimbulkan masalah. Kita biasanya menanyakan suatu pertanyaan yang jawabannya kita harapkan dapat menyelesaikan masalah kita. Tetapi, untuk menemukan jawaban itu, kita harus menyelesaikan masalah lain, masalah riset yang dapat didefinisikan sebagai apa yang tidak kita ketahui atau mengerti, tetapi kita rasa kita harus mengetahuinya. Prosesnya dapat digambarkan sebagai berikut:
 
Gambar 4.1 Hubungan masalah praktis dan masalah riset

Kita tidak selalu menuliskan solusi dari permasalahan yang dihadapi, tetapi kita harus menuliskannya jika ingin meyakinkan orang lain bahwa kita telah menyelesaikan suatu masalah penting untuk mereka.

Ada perbedaan antara masalah praktis dengan masalah riset:
  • Masalah praktis berasal dari lapangan dan membutuhkan pengorbanan (uang, waktu, dll). Kita menyelesaikan suatu masalah praktis dengan mengubah sesuatu yang ada di lapangan, dan melakukan sesuatu terhadapnya.
  • Masalah riset berasal dari dalam pikiran kita, diluar ketidaklengkapan pengetahuan atau pengertian yang salah.
Kita dapat membentuk sebuah masalah riset karena ingin menyelesaikan masalah praktis, tetapi kita tidak bisa langsung menyelesaikan masalah praktis dengan menyelesaikan masalah riset. Kita dapat menggunakan solusi masalah riset sebagai masalah praktis. Kita menyelesaikan masalah riset dengan tidak melakukan perubahan di lapangan, tetapi dengan mempelajari lebih tentang sesuatu atau mengerti lebih baik tentang hal itu.

Peneliti yang berpengalaman biasanya membicarakan masalah riset mereka dengan cara yang singkat yang dapat dijelaskan hanya sebagai topik, sedangkan para peneliti pemula bingung tentang topik yang harus dibaca dan masalah yang harus diselesikan. Kita akan membuang waktu para pembaca apabila tidak bisa membedakan antara topik dengan masalah.

Kita telah membedakan antara masalah praktis dan masalah dan masalah riset. Keduanya mempunyai bentuk yang sama, yang terdiri dari 2 elemen:
  • Suatu situasi atau kondisi tertentu (condition)
  • Konsekuensi yang tidak diharapkan (cost)
Ketika kita berpikir bahwa kita telah menemukan suatu masalah, kita harus yakin bahwa kita mampu mengidentifikasi dan menjelaskan sebuah situasi dengan dua bagian ini: sebuah keadaan yang harus diselesaikan dan harga keadaan tersebut yang tidak ingin alami. Semakin besar konsekuensi yang akan kita alami, maka semakin signifikan masalah tersebut.

Masalah praktis dan masalah riset dapat dibedakan menurut dua bentuk yang telah dijelaskan sebelumnya:
  • Condition: Situasi pada masalah praktis dapat berupa berbagai urusan, sedangkan masalah riset selalu didefinisikan sebagai suatu konsep yang dipersempit.
  • Cost: Konsekuensi dari masalah riset tidak berhubungan secara langsung dengan kondisi di lapangan. Konsekuensi langsung dari masalah riset selalu berupa ketidakpahaman yang lebih signifikan. Konsekuensi masalah praktis biasanya selalu gambling, kehilangan uang, kesempatan, dll.
Kita dapat menentukan jenis riset kedalam 2 kategori, yaitu: 
  • Riset terapan: Riset jenis ini mempunyai solusi berupa aplikasi jelas terhadap masalah praktis. 
  • Riset murni: Riset jenis ini tidak menghasilkan apalikasi untuk menyelesaikan masalah praktis, melainkan hanya untuk menimbulkan ketertarikan terhadap suatu kelompok peneliti.
Kita dapat menentukan apakah suatu penelitian merupakan sebuah riset terapan atau riset murni dengan menggunakan 3 buah parameter: topic, question, dan rationale. Perbandingan antara riset terapan dengan riset murni dapat dilihat pada tabel 1. Perbedaan antara riset murni dan riset terapan terdapat pada parameter rationale dimana konsekuensi riset murni bersifat konseptual, sedangkan konsekuensi riset terapan bersifat nyata.

Setelah kita mengetahui jenis dan karakteristik masalah dalam melakukan riset, kita harus mampu menemukan sebuah masalah riset. Apa yang membedakan peneliti hebat dengan kita adalah mereka mempunyai pemikiran brilian, ketangkasan, dan keberuntungan dalam menghadapi penghalang pada masalah yang mempunyai solusi yang dapat membuat semua orang dapat memandang dunia dalam cara yang baru, sedangkan kita dapat menyadari suatu masalah yang bagus ketika kita berada didalamnya.

Tabel 4.1 Perbandingan riset murni dan riset terapan

Riset Murni
Riset Terapan
Topic
What we are studying
Question
Why we are studying that
Rationale
What we want to know
What we want to do

Menemukan suatu masalah baru atau mengklarifikasi masalah yang telah ada merupakan suatu cara yang lebih pasti untuk lebih terkenal atau lebih beruntung dibandingkan menyelesaikan masalah yang telah ada. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menemukan suatu masalah:
  • Meminta bantuan orang lain: Kita dapat bertanya kepada orang-orang disekitar kita yang tertarik dengan topik dan pertanyaan yang kita punya. Ketika pembimbing kita membantu kita mendefinisikan masalah riset kita, sebaiknya kita tidak membatasi diri pada hal itu saja, melainkan berusaha mencari sumber yang lain sehingga kita dapat mendefinisikan sendiri masalah riset kita. 
  • Mencari masalah saat kita membaca: Kita dapat menemukan suatu masalah saat membaca dengan kritis. Ketika kita tidak puas terhadap suatu penjelasan, menemukan sesuatu yang aneh, tidak jelas, dan membingungkan, kita menganggap hal itu juga dirasakan oleh pembaca yang lain. 
  • Mencari masalah saat kita menulis: Pada saat kita menulis draft awal, kita mencurahkan segenap pemikiran kita sampai pada halaman terakhir. Setelah itu, kita mulai memformulasikan klaim akhir yang dapat dijadikan penyelesaian terhadap maslah riset yang belum kita tentukan.
Setelah menyelesaikan draft pertama, kita sebaiknya melihat dengan seksama pada dua atau tiga halaman terkahir : 
  • Lihat poin utama laporan kita, kalimat yang menyatakan klaim utama.
  • Selanjutnya lihat tanda-tanda yang menyatakan bahwa kita telah menyelesaikan suatu puzzle, menemukan sesuatu yang belum diketahui.
  • Lalu mencoba mempertanyakan suatu pertanyaan yang sulit, apakah poin utama kita dapat member jawaban yang masuk akal.
Ketika kita berhasil melakukan ketiga hal diatas, kita telah mampu mendefinisikan masalah riset kita, apa yang tidak kita ketahui, tetapi ingin kita ketahui. Setiap masalah pasti berbeda, tetapi dapat dikelompokkan kedalam beberapa kategori yang biasa ditentukan berdasarkan kontradiksi yang dirasakan para peneliti.
 
Referensi: The Craft of Research
 

No comments:

Post a Comment